Tuesday, November 11, 2008

Fenomena Wakil....

Wakil identik dengan orang kedua atau second man. Yang masih dibawah perintah yang lebih tinggi. Di negara kita tercinta ini yaitu Republik Indonesia, jabatan wakil hampir ada disetiap level jabatan. Mulai dari wakil presiden, wakil gubernur, wakil walikota, wakil bupati, wakil komandan sampai wakil RT pun ada. Adalah suatu hal yang sangat prestisius kalau seorang wakil naik jabatan, dari wakil presiden menjadi presiden, dari wakil komandan menjadi komandan. Mengapa demikian ?...hal ini merupakan peningkatan cara pandang, menjadi pemegang kendali dan sebagainya. Dalam hal ini...ada suatu yang aneh terjadi buat wakil rakyat, mereka tidak mau naik jenjang menjadi rakyat. Karena buat mereka, lebih menjanjikan menjadi wakil rakyat, karena kesempatan mewakili atau mengatasnamakan rakyat untuk setiap tindakan mereka. Dari mengambil keputusan penentuan undang – undang, menentukan anggaran bahkan untuk kesejahteraan rakyat pun mereka mau mewakili, yang artinya wakil rakyat yang sejahtera, sedangkan rakyat tetap sengsara. Makanya wakil rakyat sekarang ini atau bahkan sejak dulu melakukan tindakan menyimpankan dan menggunakan uang rakyat untuk kepentingan sendiri alias korupsi.

Thursday, August 7, 2008

Hidup adalah sebuah pilihan

Artikel ini dikirim oleh : Yosef Sadya Wulandono

Jika hingga detik ini Anda merasa sudah berusaha kemana-mana, sudah mengerahkan segala daya upaya yang paling optimum menurut perasaan Anda, sudah berdo'a dengan redaksi yang paling hebat, sudah menghubungi siapa saja yang menurut Anda pantas dihubungi, dan ternyata hasilnya masih jauh dari yang Anda inginkan, atau bahkan sama sekali tak match, maka ada satu hal yang penting untuk dihindari dan ada satu hal yang perlu untuk dilakukan.

Satu hal yang penting untuk dihindari adalah membiarkan diri kita larut, hanyut, dan tenggelam ke dalam kesedihan meratapi nasib yang menurut perasaan kita "kok jauhnya minta ampun banget" dengan impian kita. Alasan yang perlu kita sederhanakan antara lain bahwa selain bukan hanya kita seorang saja di dunia ini yang merasakan perasaan demikian, munculnya "bad-surprise" dalam nasib kita itu adalah sesuatu yang diizinkan Tuhan untuk ada di muka bumi ini.


Karena atas izin-Nya, maka ia ada dan terjadi bukan untuk sebuah kesia-sian belaka, melainkan ada kegunaan yang bisa dimanfaatkan, meskipun harus diakui bahwa menurut perspektif manusia, tentulah tidak ada dari kita yang menginginkannya; tidak ada yang ingin merasakannya; dan tidak ada yang ingin mengalaminya, selain juga tidak boleh mengharapkannya.

Lantas apa kegunaan itu? Sampai pada tahap ini, sering sekali kita melupakan satu hal bahwa yang dipersilahkan untuk memilih kegunaan tertentu itu adalah kita, bukan malah balik bertanya kepada dunia tentang apa gunanya atau malah memasang sikap apatis yang menolak untuk menggali kegunaan selain yang sudah kita rasakan. Penderitaan itu memang membuat manusia menderita, upset, hopeless, distress, frustasi, dan seterusnya, tetapi soal untuk apa itu akan kita gunakan, adalah pure pilihan kita.

Semua itu pilihan kita, mau digunakan untuk menghancurkan diri, atau untuk pembangkit energi. Mau dijadikan racun, atau dijadikan obat – meski obat seringkali pahit rasanya. Mau dijadikan bencana atau mau dijadikan lentera – pencerahan jalan hidup. Semua balik lagi terserah pilihan kita, manusia.

Satu hal lain lagi yang perlu kita ingat bahwa tentu saja untuk mengusahakan dan mewujudkan kegunaan positif itu lebih sulit dari pada memilih kegunaan yang negatif. Dunia ini mengajarkan bahwa untuk mendapatkan hal-hal positif, dibutuhkan inisiatif sementara untuk mendapatkan hal-hal negatif hanya dibutuhkan pengabaian dan membiarkan. Tetapi di sisi lain, dunia juga mengajarkan bahwa untuk berinisiatif, biasanya beban yang ditanggung satu ons tetapi dengan mengabaikan, beban yang kita tanggung bisa kelak menjadi satu ton.

Defining Moment

Satu dari sekian kegunaan positif yang sudah dipilih oleh orang-orang positif di dunia ini adalah menjadikan hal-hal buruk yang tidak diinginkannya sebagai "defining moment". Artinya, penderitaan yang dialami, entah itu besar atau kecil, dadakan atau berkepanjangan, dijadikan dorongan yang benar-benar tepat (pil) untuk melakukan perubahan, perbaikan, audit, dan seterusnya. Bahkan ada yang menjadikannya sebagai moment untuk menaikkan standar prestasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dalam kaitan dengan pembahasan kita kali ini, mungkin kita perlu menjadikan kenyataan buruk yang kita alami sebagai moment untuk meng-audit hal-hal berikut:

1. Sasaran yang kita tetapkan

Termasuk dalam cakupan sasaran di sini antara lain: cita-cita, keinginan, tujuan, target, dan seterusnya. Mengapa sasaran yang perlu diaudit? Jika kita tidak punya sasaran, ibaratnya seperti orang bingung sedang jalan-jalan. Jika kita punya sasaran tetapi telalu tinggi menurut ukuran riil kita, kegoncangan akan muncul. Jika kita turunkan terlalu rendah menurut ukuran riil kita, maka kemandekan mengancam.

Supaya kegoncangan yang kita alami tidak berkepanjangan, maka sasaran yang sudah kita teorikan di kepala perlu diaudit, entah itu diturunkan sementara, diperbaiki, diperjelas, dipendekkan, di-spesifik-kan, berdasarkan keadaan-diri kita pada hari ini. Meskipun ini tidak mengubah kenyataan buruk sedikit pun, tetapi kegoncangan batin yang kita alami sudah kita datangkan obatnya.

2. Cara, strategi, kebiasaan yang kita pakai

Hal lain yang perlu diaudit adalah cara, strategi atau seperangkat kebiasaan yang biasa kita gunakan selama ini untuk meraih sasaran yang kita inginkan dan ternyata masih gagal. Menurut hasil renungan Napoleon Hill, kebanyakan kita gagal usahanya bukan karena kita tidak mampu mewujudkan keberhasilan yang kita inginkan, melainkan karena kita mempertahankan satu cara yang sudah jelas-jelas gagal di lapangan.

Bahkan jika dilihat dari penjelasan firman Tuhan kepada kita semua, mempertahankan cara atau strategi yang sudah nyata-nyata gagal dan menolak untuk mengais cara lain, termasuk bukti dari keputusasaan kita terhadap rahmat-Nya, yang dalam bahasa agama sering disebut sesat atau gelap. Karena itu, yang diperintahkan kepada kita adalah meyakini adanya pintu lain yang sudah terbuka jika kita mendapati satu pintu yang tertutup. Sayangnya, terkadang kita terlalu lama memandangi pintu yang sudah nyata-nyata tertutup sehingga kita gagal menemukan pintu lain yang sudah terbuka.

Cara, strategi atau kebiasaan yang perlu diaudit, bukan semata yang dalam bentuk fisik, melainkan yang lebih penting lagi, adalah cara berpikir, strategi berpikir, kebiasaan berpikir atau sesuatu yang ada di dalam batin kita. Jim Rohn berpesan: "Semua yang ada di luar dirimu akan berubah jika kamu mengubah dirimu." Hal ini karena semua kreasi fisik, entah itu tindakan atau hasil tindakan, awalnya diciptakan dari dalam batin kita (kreasi mental). Tindakan yang jitu lahir dari pikiran yang jitu, tindakan yang masih meleset lahir dari pikiran yang belum pas, kira-kira begitulah.

3. Orang, lingkungan atau jaringan yang kita masuki

Jika dalam bisnis perumahan ada kata pusaka yaitu: lokasi, lokasi, dan lokasi, maka dalam meng-audit langkah atau mengubah nasib kita, mungkin kata pusaka itu perlu diganti menjadi: orang, orang dan orang. Orang, lingkungan dan jaringan yang kita masuki, memang tidak membuat / mengubah kita menjadi apapun tetapi jika kita ingin mengubah diri dalam arti yang luas, maka ini perlu mengubah jaringan orang yang kita kenal, entah dengan cara menambah, mengurangi, memperluas, memperdalam hubungan, dan lain-lain.

Dengan mengubah jaringan orang yang kita kenal, maka ini akan menciptakan jalan bagi perubahan pola berpikir, strategi, kepercayaan, kebiasaan, pengetahuan, metode, dan seterusnya. Mungkin, saking pentingnya peranan orang itu bagi kita, sampai-sampai ahli filsafat bisnis Amerika, Jim Rohn, mengatakan: "Jika buku yang anda baca dan orang yang anda ajak bergaul sama, maka dalam lima tahun ke depan, kemungkinan besar nasib anda masih sama."

Untuk mengubahnya, sudah pasti membutuhkan modal, tetapi modal di sini tidak mutlak identik dengan uang yang banyak atau sejumlah modal yang saat ini tidak ada di tangan kita. Prakteknya sering membuktikan bahwa orang yang perlu masuk dalam daftar "jaringan" itu sudah disediakan Tuhan di sekeliling kita tetapi selama ini jarang kita perhatikan, jarang kita bedakan, jarang kita telaah, dan jarang kita gali.

Menjaga 3K

Menjalani hidup memang berbeda seribu derajat dengan membahas kehidupan. Dalam membahas kehidupan seperti dalam tulisan ini, enak saja kita mengganti, mengubah dan meng-audit langkah sekehendak kita, tetapi dalam menjalani, tentu saja tidak bisa kita meng-audit dan mengubah sekehendak kita. Hemat saya, ada sedikitnya tiga hal yang perlu dijaga seiring dengan keputusan kita untuk meng-audit dan memperbaharui langkah, yaitu:

1. Kebutuhan

Kata orang yang sudah sering kita dengar, kebutuhan itu tidak mengenal kata nanti, bahkan ampun pun tidak. Ungkapan lain mengatakan bahwa lebih enak ngomong sama orang yang marah ketimbang ngomong sama orang yang lapar. Ini semua menunjukkan bahwa kebutuhan itu tidak bisa diganggu-gugat dan karena itu, agenda apapun yang akan kita jalankan, hendaknya jangan sampai menganggu aktivitas kita dalam memenuhi kebutuhan. Atau dengan kata lain, hendaknya kita tetap menjalankan aktivitas yang sasarannya untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya tidak bisa diganggu-gugat di tengah-tengah kesibukan kita memikirkan tiga hal yang perlu diaudit di atas. Jika kebutuhan ini terancam, maka kita semua sudah tahu akibatnya.

2. Keinginan

Meskipun kebutuhan itu tidak mengenal ampun dan kata nanti, tetapi jika pikiran ini terlalu kita fokuskan hanya untuk kebutuhan, hanya apa adanya, tanpa visi, tanpa imajinasi, tanpa cita-cita, tanpa keinginan, maka Mohamad Ali mengibaratkan seperti seandainya bumi ini tanpa langit: kering dan gelap. Marylin King, mantan seorang atlet, menyimpulkan:

" Astronot, atlet dan eksekutif perusahaan memiliki tiga hal kembar. Mereka punya sesuatu yang sangat berarti bagi mereka; sesuat yang benar-benar ingin mereka lakukan. Kami menyebutnya gairah. Mereka memandang tujuan dengan sangat jelas dan mengimajinasikannya secara ajaib sehingga tampak begitu kuat dan mereka membayangkan dirinya menapaki langkah-langkah kecil dalam perjalanan menuju tujuan itu. Kami menyebutnya visi. Akhirnya mereka melakukan sesuatu setiap hari, sesuai dengan rencana yang akan membawa mereka selangkah lebih dekat ke mimpi mereka. Kami menyebutnya aksi."

Artinya, selain kita perlu memprogam aktivitas yang sasarannya kebutuhan, kita pun perlu memprogram aktivitas yang sasarannya adalah mewujudkan keinginan (visi, cita-cita, dst) yang belum terwujud atau beru terwujud sebagian, agar tidak kering dan gelap (demotivator dan apatis), seperti bagaikan bumi tanpa langit, bagaikan burung tanpa sayap, bagaikan mobil yang rodanya terpendam lumpur "kebutuhan".

3. Kelancaran

Tak cukup sepertinya jika kita hanya memprogram aktivitas yang kita lakukan hari ini semata untuk sasaran kebutuhan dan keinginan. Ada satu hal lain yang perlu kita programkan, yaitu mengatasi masalah-masalah, entah itu tehnis, hubungan, dan lain-lain yang kedatangannya tidak diundang. Membiarkan masalah, bukan berarti menghilangkan masalah.Tetapi jika kita mengerahkan seluruh pikiran dan aktivitas kita hanya untuk mengurusi masalah, maka keinginan dan kebutuhan kita akan yatim, yang juga masalah.

Jadi, menurut nasehat Anthony Robbins, gunakan 10 % saja untuk memikirkan masalah (what and why), lalu gunakan sisanya untuk memikirkan pemecahan masalah (how). Tenggelam dalam memikirkan masalah, justru malah akan membuat kita bermasalah. Nasehat lain bisa kita dengarkan dari Brian Tracy, seorang konsultan SDM, yang mengatakan: "bukan dimana saat ini kita berada; yang menentukan kita, melainkan ke mana langkah ini akan kita gerakkan." Masalah tidak membuat kita keman-mana tetapi apa yang akan kita lakukan terhadap masalah itu akan menentukan di manan nanti kita berada.

Dengan belajar menjalani tiga hal di atas, minimal kita tidak perlu bertengkar dengan kenyataan yang ada di hadapan kita, pun juga kita tidak tenggelam di dalam kenyataan itu, serta tidak terhanyut ke dalam memikirkan masalah siang dan malam. Sekali lagi perlu kita ingat, ini baru membahas kehidupan, belum masalah menjalani kehidupan. Selamat menjalankan.

Wednesday, July 2, 2008

KESETIAAN HINGGA AKHIR...

Beberapa saat yang lalu tepatnya hari Kamis, 26 Juni 2008, telah terjadi kecelakaan pesawat Cassa NC212-100 milik TNI-AU. Pada kecelakaan tersebut telah gugur Mayor (SUS ) Susika Murdayanthi,Mapp.Sc dan saudara Ami Muharom. Mereka tengah dalam misi pengujian kamera udara digital yang baru milik TNI-AU. Mereka gugur dalam menjalankan tugas sebagai seorang geodet. Khusus bagi Mayor (SUS) Susika Murdayanthi, Mapp.Sc, selain gugur sebagai geodet juga sebagai patriot. Catatan yang lain adalah Mayor (SUS) Susika Murdayanthi, Mapp.Sc merupakan penerima penghargaan Bintang Satya Lencana kesetiaan 8 tahun. Mayor (SUS) Susika Murdayanthi, Mapp.Sc dan Ami Muharom merupakan alumni Teknik Geodesi UGM.

Dari peristiwa ini, dapat ditarik suatu pelajaran berharga, sampai dimana kesetiaan kita dengan profesi kita, dengan korps kita, dengan negara kita, dengan keluarga...Layakkah kita menuntut kepada bangsa ini dengan kondisi kita ?..Mungkin tulisan ini hanya suatu tulisan ringan saja, tapi kita kembali renungkan perjalanan kita sampai detik ini soal kesetian itu.

Selamat jalan kawan, kenangan waktu kita bersama dulu adalah satu kenangan yang indah dalam hidup kita. Beristirahatlah dengan tenang dalam damaiNya Sang Pencipta. Kami akan senantiasa mengingat akan jasa, pengorbanan dan kesetiaanmu.

Sunday, June 1, 2008

BALONKU


Kita mungkin masih ingat lagu waktu kecil dulu yang berjudul " BALONKU"


...balonku ada lima..

Rupa – rupa warnanya

Hijau, kuning, kelabu, merah muda dan biru

Meletus balon hijau....dor..

Hatiku sangat kacau..

Balonku tinggal empat

Kupegang erat – erat..


Apakah ada yang menemukan kejanggalan lagu tersebut...?

Lagu anak - anak sekarang ini semakin jarang, bahkan ada sebuah stasiun tv yang menyiarkan suatu acara kontes menyanyi, yang pesertanya anak - anak tetapi lagu yang dinyanyikan lagu - lagu dewasa. Hebat khan.....anak - anak sudah fasih dengan lagu DEWA, PADI, So7, RADJA, UNGU dan lain - lain. Anak - anak jaman sekarang sudah semakin sedikit waktu untuk menikmati masa kecilnya yang sebenarnya sangat indah. Silakan membuka kembali kenangan masa kecil dulu.

Monday, April 21, 2008

Pilkada dan Rasa Legowo

Sejak era reformasi didengungkan yang diikuti dengan berbagai kebijakan baru yang belum ada di era orde salah satunya mengenai penetapan kepala pemerintahan daerah hingga pusat melalui pemilihan umum, saat ini kepala daerah ditetapkan dengan cara pemilihan langsung bahkan presiden ditentukan lewat pemilihan langsung. Pemilihan langsung yang disebut juga pesta demokrasi ini rakyat bisa memilih langsung pemimpin yang dikehendaki ( meskipun kadang rakyat tidak mengenal calon yang dipilih ).
Beberapakali pilkada diselenggarakan di berbagai daerah baik pemilihan bupati, walikota dan gubernur, ada beberapa isu sama yang terjadi yaitu kampanye yang terlalu dini, politik uang, umbar janji dan kecurangan. Isu - isu ini seperti suatu merk dagang yang selalu melekat di perhelatan demokrasi tersebut. Belum pernah ada pilkada yang benar - benar dari isu - isu negatif tersebut. Itupun kalo bisa disebut negatif, masalahnya isu - isu tersebut seolah - olah telah menjadi bagian dari pesta demokrasi. Hal yang ironis justru ketika sudah dilakukan perhitungan suara, dan telah diperoleh calon yang memenangkan pemilu, selalu terjadi calon yang mengalami kekalahan menghembuskan isu kecurangan perhitungan suara. Isu terakhir ini sering mengakibatkan kekacauan dalam masyarakat, bahkan di beberapa daerah menyebabkan kerusuhan yang dipicu rasa tidak puas karena kekalahan dalam pemilu.
Di alam demokrasi yang sehat tentunya perlu dipahami ada yang menang dan ada yang kalah. Yang menang seharus tidak merasa sewenang-wenang, dan yang kalah seharusnya menerima kekalahan dan mendukung calon yang menang. Karena yang memenangkan pemilu akan menjadi pemimpin. Masyarakat pemilih menginginkan suatu kondisi yang lebih baik, tenang dan harmonis. Bukan sebaliknya.
Sikap "legowo" dalam demokrasi adalah suatu sikap satria, bukan sikap sebagai orang yang kalah. Negara adalah milik rakyat, bukan milik dari pemerintah, pemerintah adalah abdi rakyat yang bertugas membuat rakyat lebih sederhana. Kondisi sebaliknya, yang memegang pemerintahan malah yang lebih sejahtera dari rakyat. Inilah potret demokrasi di republik tercinta. Ironis, Indonesia hanya "merasa" sebagai bangsa besar tetapi belum pernah menjadi bangsa yang besar. Apakah kita tidak ingin menjadi bangsa yang besar ? Pertanyaan sederhana untuk kita semua.

Thursday, February 28, 2008

Kenangan bersama kawan...




Ini beberapa foto saat masih di kampus Teknik Geodesi UGM, terima kasih buat Mas Iwan ( Ida Bagus Setiawan ) dan Mas Lilik Kurniawan atas kiriman fotonya. Silakan bagi rekan - rekan yang mempunyai foto - foto waktu kita masih di kampus bisa dikirim untuk bisa kita lihat bareng - bareng.