Sunday, April 5, 2009

Musibah Situ Gintung

Akhir Maret 2009, negeri ini dikejutkan kembali dengan adanya musibah jebolnya Situ Gintung di Tangerang Propinsi Banten. Lepas dari kerugian dan korban yang terjadi, bisa diperhatikan bahwa indikasi lemahnya bangunan bendungan yang dibangun tahun 1930-an oleh Belanda ini ternyata sudah diketahui beberapa waktu sebelumnya. Memang tidak ada publikasi atau laporan mengenai pengamatan secara geodetik indikasi tersebut.

Suatu pelajaran berharga dan juga peringatan bagi Geodet-geodet yang memfokuskan diri dalam pengamatan deformasi struktur khususnya di bangunan bendungan, agar bisa semakin intensif dalam menentukan status dan kualitas pergerakan dari bendungan - bendungan tersebut. Perlu diketahui bahwa cukup banyak bendungan di bangun di Pulau Jawa yang telah cukup berumur. Tentunya hal ini memerlukan perhatian khusus agar musibah Situ Gintung tidak terulang kembali.
Tentunya hasil pengamatan tersebut bukan hanya sekedar menjadi tumpukan kertas belaka, tetapi menjadi acuan bagi para pengambil keputusan teknis dan non teknis untuk menentukan langkah. Karena langkah yang diambil tentunya diharapkan bisa bermanfaat bagi rakyat banyak.

Teknologi penentuan posisi saat ini sudah sangat canggih dan bahkan bisa real time sehingga teknologi bukanlah menjadi faktor penghambat yang signifikan dalam pengamatan pergeseran atau pergerakan bendungan. Kualitas sumber daya manusia dalam menguasai teknologi tersebut juga sudah cukup banyak. Obyek pengamatan juga sudah sangat jelas. Artinya tidak ada hambatan yang berarti dalam pekerjaan tersebut.
Teknologi penentuan posisi secara global ( GPS ) dewasa ini semakin murah, peralatan yang tersedia juga cukup banyak sesuai standar yang ada. Tinggal departemen yang terkait dalam hal ini Departemen Pekerjaan Umum dan Badan penelitian yang terkait menjalankan fungsinya untuk bisa melindungi rakyat banyak.